Kamis, 01 April 2010

RANGKAIAN ACARA ANGKRINGAN BUDAYA


ANGKRINGAN BUDAYA
Bukti Nyata Bhakti Pemuda Peduli Budaya

Belum puas dengan berbagai kegiatan yang selama ini telah sukses diselenggarakan, SMA Negeri 3 Yogyakarta kembali mempersembahkan kegiatan yang tak kalah menarik. Kali ini bertema budaya dengan tajuk ’Angkringan Budaya: Bukti Nyata Bhakti Pemuda Peduli Budaya,’ yang akan diselenggarakan 4-10 April 2010. Kegiatan ini merupakan kristalisasi pemikiran siswa SMA Negeri 3 Yogyakarta yang merasa bahwa budaya Indonesia dan Yogyakarta pada khususnya, mulai terkikis oleh budaya asing, dan sudah saatnya dibangkitkan kembali. “Angkringan Budaya” adalah sebuah perwujudan nyata dari gerakan peduli budaya dan bertujuan untuk mengajak masyarakat luas dan generasi muda untuk kembali melestarikan budaya Indonesia.

“Melukis Bersama dengan Media Batik,” merupakan pembuka dari rangkaian acara “Angkringan Budaya.” Kegiatan yang akan menghasilkan 100 karya seni lukis batik oleh siswa dari seluruh SMA di Yogyakarta dilaksanakan di trotoar Benteng Vredeburg pada tanggal 4 April 2010. Kegiatan ini bertujuan untuk mengingatkan kembali kepada masyarakat bahwa “batik” yang merupakan warisan adiluhung nenek moyang Bangsa Indonesia dapat dikembangkan menjadi media ungkap/berekspresi (seni lukis) seperti halnya media cat minyak, cat air, akrilik, dll. Kegiatan yang merupakan kerjasama SMA Negeri 3 Yogyakarta dengan Yayasan Amri Yahya ini, akan dihadiri Walikota Yogyakarta H. Heri Zudianto yang akan turut berbaur melukis bersama dengan media batik.

Tidak hanya itu, pada tanggal 4-8 April 2010 di trotoar Benteng Vredeburg akan digelar “Pameran Fotografi Patilasan Bumi Mataram” untuk menunjukkan betapa tingginya tinggalan budaya Mataram dan pada tanggal 7 April di Pendopo Wiyatapraja akan diadakan sarasehan kebudayaan bertema “Kebangkitan Pemuda - Kebangkitan Budaya”.

Sebagai puncak sekaligus penutup kegiatan “Angkringan Budaya,” pada 9-10 April 2010 di Concert Hall - Taman Budaya, Yogyakarta, akan dipentaskan ”Opera Sutawijaya.” Sebuah pementasan teater tentang perpindahan kekuasaan tanpa pertumpahan darah dari Pajang ke Mataram, yang akan mengingatkan kita pada pepatah Jawa: ngluruk tanpa wadya bala, menang tanpa ngasorake.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar