Rabu, 07 April 2010

OPERA SUTAWIJAYA
































“Kuhadiahkan Alas Mentaok menjadi milik kalian dan bangunlah Kademangan Mataram”, begitulah titah SULTAN HADIWIJAYA, Raja Pajang.

Mulai saat itu KI AGENG PEMANAHAN dan putranya , DANANG SUTAWIJAYA didaulat memimpin pembangunan Kademangan Mataram. Amanat tersebut kemudian diserahkan kepada Danang Sutawijaya atas saran ki Ageng Pemanahan.

Dengan pengalaman ketatanegaraan dan bimbingan KI JURU MERTANI, Danang Sutawijaya mengubah Alas Mentaok yang tadinya hutan belantara menjadi sebuah kademangan yang maju dengan benteng tinggi dan beringin kembar.

Benteng tinggi dan beringin kembar yang merupakan simbol keraton menyebabkan Sultan Hadiwijaya curiga akan pemberontakan Mataram. Hasutan ADIPATI DEMAK dan ADIPATI TUBAN, turut memperperkeruh suasana. Suasana semakin keruh ketika RADEN PABELAN saudara angkat Sutawijaya masuk ke Taman Keputren Pajang untuk mengadu kasih dengan PUTRI SEKAR KEDATON, putri dari Hadwijaya.

Sebuah kisah tentang semangat pemuda yang ingin membangun kademangan dan negerinya namun selalu bermasalah dengan penguasa negerinya sendiri karena rasa iri, dengki dan kecurigaan. Sebuah kisah tentang pemimpin yang mampu memimpin dan memajukan negerinya tanpa perang dan pertumpahan darah.

Tafsir kami atas sejarah Jawa yang mulai dilupakan generasi muda. Sebuah karya kolosal, kombinasi Teater Musikal dan Ketropak. Produksi Jubah Macan ke 36 memperingati 20 tahun Teater Jubah Macan.

9 dan 10 April 2010
Concert Hall
Taman Budaya Yogyakarta
Pukul 18.30 s/d selesai



DENAH TEMPAT DUDUK
























HTM Jumat 9 April 2010
Rp. 25.000,- (A1 Class)
Rp. 20.000,- (B1 Class)
Rp. 15.000,- (C1 Class)
Rp. 10.000,- (D1 Class)


HTM Sabtu 10 April 2010
Rp. 35,000,- (A2 Class)
Rp. 25.000,- (B2 Class)
Rp. 20.000,- (C2 Class)
Rp. 15.000,- (D2 Class)

Informasi Tiket :

Mutia : 085729087063
Mega : 085747021069
Bob : 081392728280
SMA N 3 Yoygyakarta, Jalan Yos Sudarso 7.


E-mail :
jubahmacan@yahoo.com

Selasa, 06 April 2010

Suasana Ruang Pameran Fotografi "Patilasan Bumi Mataram"






Angkringan Budaya dalam Bernas

.

JOGJA‑‑ Untuk membangkitkan kembali kesadaran masyarakat khususnya kawula muda terhadap budaya melalui suatu kegiatan sosial dalam kemasan budaya, SMA Negeri 3 Yogyakarta akan menggelar acara bertajuk "Angkringan Budaya". Konsep dasar dari kegiatan ini adalah melihat sisi lain dari budaya tradisional di era modernisasi atau pembangkitan kembali budaya tradisional yang dikemas dengan sesuatu yang baru.

Menurut rencana "Angkringan Budaya" akan dilangsungkan pada tanggal 4 ‑ 10 April 2010 mendatang, bertempat di Monumen Serangan Oemoem 1 Maret, Benteng Vredeburg dan Taman Budaya Yogyakarta. Dikatakan Priska, salah satu panitia ketika berkunjung di Bernas Jogja, perencanaan dan persiapan acara tersebut cukup lama dikarenakan gelaran acaranya cukup kolosal, serta salah satu kegiatan dalam acara nanti berupa pembuatan batik yang akan melibatkan siswa SMA/SMK di Yogyakarta dan kegiatan‑kegiatan lainnya yang juga melibatkan masyarakat umum.

Adapun seluruh kegiatan dalam event akbar "Angkringan Budaya" SMA Negeri 3 Yogyakarta, terbagi dalam empat sesi, Pra Puncak Acara meliputi pembuatan batik secara bersama‑sama oleh siswa SMA/SMK seluruh Yogyakarta, Ekspedisi Patilasan Bumi Mataram, Saresehan Budaya dan pementasan teater sebagai penutup.

Festival Budaya meliputi peresmian batik motif Padmanaba oleh Sri Sultan HB X, pembagian batik motif Padmanaba kepada masyarakat dan penampilan seni budaya dari siswa SMA/SMK se Yogyakarta. Sementara Pameran Patilasan Bumi Mataram, meliputi pameran fotografi, pameran benda kesenian klasik Jawa, pameran batik klasik dan karya instalasi seni dari siswa SMA Negeri 3 Yogyakarta. Sesi penutup adalah pementasan Teater Jubah Macan, berjudul Opera Sutawijaya, yang merupakan penampilan kelompok teater SMA Negeri 3 Yogyakarta.


SUMBER

Senin, 05 April 2010

Galeri Foto Angkringan Budaya Hari Pertama

.

LAMBANG PADMANABA DALAM GORESAN MALAM

















BAPAK HERRY ZUDIANTO MERESMIKAN ANGKRINGAN BUDAYA






























SUASANA KETIKA PARA PESERTA SEDANG MEMBATIK











SALAH SATU DARI 100 PESERTA MELUKIS DENGAN MEDIA BATIK

















SUASANA KETIKA PARA PESERTA SEDANG MEWARNA BATIK











DUA ANAK JALANAN PUN SEDANG ASYIK IKUT MEMBATIK
















SALAH SATU KESENIAN (RONDO TEKTEK) YANG MERAMAIKAN ANGKRINGAN BUDAYA














BAPAK SYAMSURI MERESMIKAN PAMERAN FOTOGRAFI "PATILASAN BUMI MATARAM"

Angkringan Budaya dalam Media Indonesia


YOGYAKARTA--MI:
Puluhan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Yogyakarta menggelar acara Angkringan Batik yang berlangsung di depan Museum Benteng Vredeburg Kota Yogyakarta, Minggu (4/4).

Acara ini bertujuan untuk membuktikan bahwa generasi muda tidak lupa pada akar budayanya.

"Saya menghargai ide dari anak-anak ini. Jika ada yang menyatakan bahwa generasi muda sudah lupa pada akar budayanya, ternyata di tempat ini, kenyataan berkata lain," kata Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto di sela-sela acara Angkringan Batik di Yogyakarta.

Menurut dia, acara yang digagas oleh siswa SMA tersebut membuktikan meskipun generasi muda merupakan anak-anak 'gaul' dan berpikir dengan cara yang modern, namun mengetahui secara pasti siapa dirinya, dimana mereka berada dan berasal dari mana.

"Saya berharap konsep acara Angkringan Batik tersebut dapat menginspirasi siswa lain di Kota Yogyakarta untuk menggelar acara serupa, yaitu acara berkonsep budaya," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Syamsury juga menyatakan hal senada yaitu menghargai dan mendukung dengan penuh acara yang digagas pelajar tersebut.

"Dengan membatik secara langsung, para siswa ini akan paham dengan proses membatik sehingga lebih menghargai karya batik yang hanya ada di Indonesia," katanya.

Menurut dia, membatik sudah masuk dalam salah satu kegiatan ekstra kurikuler di sekolah umum dan di beberapa sekolah sudah menjadi muatan lokal (mulok).

Sementara itu, penyelenggara acara Arasy Amri menyatakan bahwa kegiatan tersebut bertujuan untuk mengenalkan proses membatik kepada pelajar dan juga masyarakat umum. "Kegiatan ini diikuti sekitar 70 siswa. Kami juga meminta kepada masyarakat maupun wisatawan yang kebetulan lewat di tempat itu untuk ikut belajar membatik tanpa dipungut bayaran," katanya.

Pada kesempatan itu, Wali Kota Herry Zudianto mengawali membatik di selembar kain dengan menggambar sepeda sebagai semangat Sego Segawe (sepeda kanggo sekolah lan nyambut gawe/sepeda untuk sekolah dan kerja).

sumber: media indonesia.com

NB : Terjadi miskomunikasi dalam penulisan artikel tersebut. Selaku ketua adalah Hafizh Rifqi dan Arasy Amri adalah wakil dari Yayasan Amri Yahya.

Kamis, 01 April 2010

Poster Angkringan Budaya

RANGKAIAN ACARA ANGKRINGAN BUDAYA


ANGKRINGAN BUDAYA
Bukti Nyata Bhakti Pemuda Peduli Budaya

Belum puas dengan berbagai kegiatan yang selama ini telah sukses diselenggarakan, SMA Negeri 3 Yogyakarta kembali mempersembahkan kegiatan yang tak kalah menarik. Kali ini bertema budaya dengan tajuk ’Angkringan Budaya: Bukti Nyata Bhakti Pemuda Peduli Budaya,’ yang akan diselenggarakan 4-10 April 2010. Kegiatan ini merupakan kristalisasi pemikiran siswa SMA Negeri 3 Yogyakarta yang merasa bahwa budaya Indonesia dan Yogyakarta pada khususnya, mulai terkikis oleh budaya asing, dan sudah saatnya dibangkitkan kembali. “Angkringan Budaya” adalah sebuah perwujudan nyata dari gerakan peduli budaya dan bertujuan untuk mengajak masyarakat luas dan generasi muda untuk kembali melestarikan budaya Indonesia.

“Melukis Bersama dengan Media Batik,” merupakan pembuka dari rangkaian acara “Angkringan Budaya.” Kegiatan yang akan menghasilkan 100 karya seni lukis batik oleh siswa dari seluruh SMA di Yogyakarta dilaksanakan di trotoar Benteng Vredeburg pada tanggal 4 April 2010. Kegiatan ini bertujuan untuk mengingatkan kembali kepada masyarakat bahwa “batik” yang merupakan warisan adiluhung nenek moyang Bangsa Indonesia dapat dikembangkan menjadi media ungkap/berekspresi (seni lukis) seperti halnya media cat minyak, cat air, akrilik, dll. Kegiatan yang merupakan kerjasama SMA Negeri 3 Yogyakarta dengan Yayasan Amri Yahya ini, akan dihadiri Walikota Yogyakarta H. Heri Zudianto yang akan turut berbaur melukis bersama dengan media batik.

Tidak hanya itu, pada tanggal 4-8 April 2010 di trotoar Benteng Vredeburg akan digelar “Pameran Fotografi Patilasan Bumi Mataram” untuk menunjukkan betapa tingginya tinggalan budaya Mataram dan pada tanggal 7 April di Pendopo Wiyatapraja akan diadakan sarasehan kebudayaan bertema “Kebangkitan Pemuda - Kebangkitan Budaya”.

Sebagai puncak sekaligus penutup kegiatan “Angkringan Budaya,” pada 9-10 April 2010 di Concert Hall - Taman Budaya, Yogyakarta, akan dipentaskan ”Opera Sutawijaya.” Sebuah pementasan teater tentang perpindahan kekuasaan tanpa pertumpahan darah dari Pajang ke Mataram, yang akan mengingatkan kita pada pepatah Jawa: ngluruk tanpa wadya bala, menang tanpa ngasorake.